JAKARTA – Forum Ekonomi Dunia mengamanatkan agar pemerintahan di dunia meningkatkan kemampuan warga negaranya untuk memiliki keterampilan di abad 21 meliputi literasi dasar, kompetensi dan karakter. Salah satu upaya yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu menginisiasi pelaksanaan Gerakan Literasi Nasional (GLN).
Karena itu, menjadi keharusan bagi masyarakat Indonesia untuk pembangunan abad 21, menguasai enam literasi dasar yaitu literasi bahasa, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial dan literasi budaya dan kewarganegaraan. Pendidikan literasi keuangan sangat diperlukan untuk mendidik manusia sadar dan paham tentang bagaimana cara mengelola keuangan secara bijak dan sesuai kebutuhan. Pendidikan literasi keuangan harus diberikan sedini mungkin kepada anak terutama pada anak usia pra sekolah dan sekolah dasar.
“Sebab, pengenalan terhadap pengetahuan literasi keuangan sejak dini akan membuat anak-anak terbiasa mengelola keuangan dengan baik dan benar di masa yang akan datang. Di Indonesia pendidikan literasi keuangan masih menjadi sesuatu yang sangat jarang dilakukan,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Harris Iskandar dalam seminar Pendidikan Sosial dan Finansial Bagi Anak Usia Pra Sekolah Dasar di Jakarta, Kamis (24/5).
Menurut Harris, baik di lingkup keluarga ataupun sekolah, pemberian pendidikan tentang literasi keuangan masih belum dilakukan secara serius dan terencana. Dalam budaya masyarakat kita adalah tabu membicarakan segala sesuatu tentang uang di hadapan anak. Itulah mengapa pengetahuan, sikap, dan keterampilan tentang kesehatan finansial keluarga belum mendapat porsi yang cukup pada kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
Oleh karena itu, lanjutnya muncul pandangan bahwa literasi finansial bukan merupakan kecakapan hidup (life skills) yang harus dibekalkan pada anak. Pendidikan literasi keuangan pada anak bukan sekadar pada pengenalan uang, namun lebih jauh pendidikan literasi keuangan pada anak adalah sebuah konsep tentang pengenalan pengelolaan keuangan secara bijak dan mampu mengontrol pengeluaran keuangan dengan membedakan mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang hanya keinginan.
Sementara itu, Kepala Pusat PAUD dan Dikmas Jawa Barat, Muhammad Hasbi mengatakan permasalahan penting dalam literasi finansial berdasarkan hasil penelitian Consumer Finansial Protection Bureau (CFPB) menyebutkan sebagian besar sekolah tidak mengajarkan anak sejak dini maupun dewasa untuk mengatur keuangan mereka secara mandiri.
“Ironisnya lagi, sebagian orangtua tidak tahu kapan dan bagaimana bicara pada anak-anak mereka tentang uang. Akibatnya, ketika memasuki dunia kerja mereka tidak tahu mengelola uang dan banyak melakukan kesalahan terkait finansial. Inilah yang mendasari pentingnya pendidikan literasi keuangan sejak usia dini,” katanya. Eko BH.