Tips Kendalikan Pemanfaatan Gawai Bagi Anak Usia Dini Selama BDR.

SAHABAT KELUARGA—Penggunaan gawai, entah itu smartphone, tablet, personal computer, atau laptop, kini kian familiar bagi anak-anak dalam proses pembelajaran. Tak hanya di jenjang SMP, SMA, dan perguruan tinggi, beberapa sekolah dasar, dan bahkan di jenjang PAUD, terutama di kota-kota besar, penggunaan gawai bukan lagi hal yang asing.

Saat pandemi Covid-19, penggunaan gawai bagi anak didik bahkan kian dominan. Kebijakan BDR atau belajar dari rumah, mensyaratkan terciptanya pembelajaran jarak jauh yang salah satu media utamanya adalah gawai.

Okelah penggunaan gawai untuk pembelajaran menjadi suatu keharusan. Suka tidak suka atau setuju dan tidak setuju, orang tua wajib menyediakan sarana gawai agar proses pembelajaran anak tidak terganggu.

Masalahnya, sejak sebelum BDR, banyak orang tua yang cemas dan khawatir penggunaan gawai bagi anak-anak mereka. Sudah banyak laporan, baik berupa pemberitaan di media atau survey yang menunjukkan dampak negatif penggunaan gawai bagi anak usia dini dan anak-anak remaja.

Bagaimana caranya agar anak-anak, terutama anak usia dini, memanfaatkan gawai untk hal-hal yang positif dan menghindarinya dari dampak negatif? Psikolog Elizabeth Santosa membeberkan beberapa tip bagi orang tua dalam mengawasi penggunaan gawai bagi anak-anaknya. Psikolog yang disapa Lizie itu mengungkapkannya dalam acara Webinar Orang Tua Berbagi : Rumahku Sekolahku episode 5 yang bertajuk “ “Pemanfaatan Gawai oleh Orang Tua Untuk Mendukung Anak Usia Dini saat BDR”, yang diselenggarakan Direktorat PAUD, Kemdikbud, pada Sabtu, 1 Agustus 2020 kemarin.

Menurut Lizie, sarana gawai merupakan keharusan dalam pembelajaran jarak jauh. Selain menjadi sarana utama, juga bisa meningkatkan motivasi anak untuk belajar di rumah.

Lizzie mengakui, para orang tua sudah lama cemas dan khawatir atas aktivitas penggunaan gawai oleh anak usia dini. Terlepas dari penggunaan gawai untuk pembelajaran, Lizzie menyarankan agar orang tua mengenali, mengetahui, bahkan harus membatasi, seberapa lama screen time anak dalam bermain games, menonton Youtube atau lainnya.

“Saya sarankan agar orang tua juga tahu, apa permainan game yang disukai anak, chanel youtube apa yang kerap ditonton, dan media sosial apa yang suka digunakan dan dengan siapa teman chatnya, “papar Lizie.

Ada beberapa cara yang bisa digunakan orang tua untuk mengontrol anak dalam penggunaan gawai :

  1. Memberikan ijin bagi anak untuk mendownload aplikasi tertentu dengan tetap dibawah pengawasan orang tua;
  2. Memfilter atau memblokir aplikasi yang tidak sesuai dengan usia anak;
  3. Membatasi waktu penggunaan aplikasi gawai anak Mengatur waktu dalam penggunaan gawai. “Saya sarankan maksimal dua jam sehari walaupun ini tentatif juga, tergantung banyak hal, “kata Lizie.
  4. Lizzie juga mengatakan, akan lebih baik bila orang tua dan anak menyepakati, bahwa anak harus mendahulukan semua kewajiban yang harus dilakukan anak, seperti belajar, membantu orang tua atau lainnya. “Kalau perlu, orang tua bisa merancang aktivitas harian yang bervariasi untuk mengurangi screentime anak, “katanya.
  5. Orangtua memanfaatkan dan menggunakan perangkat lunak yang dapat menyaring website serta jeli memperhatikan situs-situs yang sering dikunjungi anak dan orang-orang yang berkomunikasi dengannya. “Saya sarankan juga agar orang tua jangan menyimpan laptop/ komputer di kamar untuk anak dibawah usia 14 tahun, “katanya.

Terkait penggunaan media sosial, Lizzie menyarankan agar untuk anak berusia dibawah 13 tahun tidak diperbolehkan. Kalaupun terpaksa karena keharusan sekolah, menurut Lizzie, orang tua memberi aturan lain pada anak, melakukan pengaturan keamanan pada aplikasi media sosial. Ifina Trimuliana.

Sumber: https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id